KULONPROGO-Dua puluh tahun lebih bukan waktu yang singkat bagi Beny Triyono bergelut dengan kerajinan perca. Meski sudah terbilang lama, produk berbahan kain limbah perca masih terus digarap Beny di workshopnya di Banggan, Sukoreno, Sentolo.
“Meski sudah lama, namun tentang rasa masih sama. Selalu ada rasa penasaran tiap kali mendapat kiriman potongan kain perca. Kan kirimnya dikarungi. Jadi belum tahu apa corak kainnya. Cocok mau dibuat apa.Jadi selalu ada rasa penasaran dalam hati,” kata Beny, belum lama ini.
Kain perca kiriman, bila sudah dibuka dan ketahuan motifnya, baru dapat feeling cocok dibuat apa. Bisa bed cover, selimut, sarung bantal kursi, taplak meja makan, sarung bantal tidur, bantal cinta dan lainnya.
“Misal pas dapat motif batik bagus-bagus ya otomatis langsung semangat. Bila yang datang kainnya acak-acakan mood bisa langsung drop. Sebaliknya bila corak bagus, warna sesuai keinginan, inginnya langsung proses cepat-cepat. Bila cepat jadi kan bisa langsung jadi uang,” ujarnya.
Bisa dibilang, produk Ben’S Perca mengakomodasi pesanan pasar. Ketika produk tas perca meredup, sosok kelahiran Bukit Tinggi ini bergeser memproduksi fesyen: berupa daster dan celana berbahan perca. Di produk fesyen pun meredup karena faktor pasar. Apalagi di Yogya khususnya Malioboro terjadi beberapa kali relokasi lapak UMKM.
“Dulu ketika PKL Malioboro masih melapak di lokasi sebelumnya permintaan sangat tinggi. Grosiran seminggu bisa 400 pcs khusus pakaian bahan perca,” kata Beny.
Beruntung ketika lapak sekitar Malioboro sepi permintaan, dua ritel besar di seputar Malioboro banyak menyerap produk buatan Beny. Ditambah lapak di spot Kotagede di Bandara YIA. Sarung bantal kursi dan selimut atau bed cover perca masih jadi idola. Memenuhi pesanan ritel dan reseller bisa dibilang bikin Beny ngos-ngosan lantaran kejar-kejaran waktu. Beda dengan zaman masih produksi daster. “Jumlah penjahit menyusut. Dulu sampai 50 an penjahit termasuk yang di rumah. Kini penjahit yang produksi tersisa sekitar 20 orang. Yang finishing di workshop dua orang,” jelasnya.
Produk barang berbahan kain perca tetap disuka. Pastinya termasuk produk unik. Segmen pasar pun beragam. Bahkan bisa masuk ke segmen pasar menengah atas. Tentu konsumen kelas menengah ke atas punya duit cukup buat beli produk dari kain utuh. Lalu kenapa mereka mau beli produk berbahan kain limbah perca? “Mungkin mereka mau beli karena produk perca ada keunikannya,” imbuhnya.
Bisnis produk berbahan perca yang dijalani Beny tak selalu mulus. Dari sisi pemasaran ia menilai lapaknya di Teras Malioboro kawasan Beskalan sebulan terakhir terbilang sepi. Konsumen tak masuk, dia menilai karena mungkin akses masuk tidak bagus. Lokasi tak mangku jalan. Dan berada di belakang pertokoan. “Sudah berupaya bikin event tapi masih belum mengangkat penjualan di lapak Teras Malioboro Beskalan,” terangnya.
Beny menilai, kebijakan dari para pemangku kepentingan mesti lebih difokuskan bagaimana agar hasil karya para perajin bisa lancar penjualannya. Seperti di kawasan Malioboro, ketiadaan PKL di sana sangat berpengaruh pada hasil penjualan produknya.
“Harapannya ada monitoring berkelanjutan. Tak hanya soal penjualan namun juga gagasan, ilmu serta model. Untuk dana memang butuh tapi bukan menjadi nomor satu. Lebih butuh hasil karya dapat dijual di mana. Syukur UMKM diberi tempat pameran gratis,” sambungnya.
Di kediamannya Beny masih berharap besar bisa menyemarakkan kampung sekitarnya dengan kunjungan wisata edukasi kerajinan perca. Di tempatnya masyarakat bisa berkunjung dan belajar bikin produk kerajinan perca. Dari belajar di tempatnya para tamu akan dapat ilmu. Ilmu yang didapat bila dipraktikkan di rumah berpotensi membuka lapangan usaha baru. Karena bahan perca mudah didapat. Peralatan yang digunakan juga tak terlalu mahal.
“Meski belum banyak, kunjungan wisata edukasi kerajinan perca sudah beberapa kali kami terima. Termasuk menerima kunjungan belajar dari luar kota,” imbuhnya. (Sukron)
Artikel Beny Triyono, Siap Melayani Kunjungan Wisata Edukasi Pembuatan Produk Berbahan Kain Perca pertama kali tampil pada Wiradesa.co.