MENJADI petugas pengibar bendera pusaka (Paskibraka) dalam peringatan Kemerdekaan Republik Indonesia merupakan sebuah kebanggaan. Sekalipun itu hanya tingkat Kabupaten/Kota. Akan tetapi lewat perhelatan itu, setidaknya bisa menunjukkan sikap bela negara seorang pemuda Indonesia.
Bulan Agustus 2024 menjadi momen membahagiakan bagi Azka Khoir Wibowo, pelajar kelahiran Bekasi 16 tahun silam. Cita-cita menjadi seorang anggota Paskibraka akhirnya tercapai. Siswa MAN 3 Kulonprogo itu menjadi petugas upacara Hari Ulang Tahun (HUT) Ke-79 RI, Sabtu (17/08/2024) lalu di Alun-alun Wates, Kulonprogo. Ia tergabung dalam Pasukan 17.
Keinginan menjadi anggota Paskibraka bagi remaja yang karib dipanggil Azka itu terlintas setahun lalu. Saat itu, ketika dirinya terpilih sebagai anggota peleton inti (Tonti) sekolah. Kemudian menjadi petugas pengibar bendera tingkat Kapanewon Kalibawang, Kulonprogo pada HUT Ke-78 RI 2023.
“Setidaknya saya bisa menjadi contoh bagi adik tingkat dan ingin membuktikan bahwa meski berada di wilayah paling ujung utara tetapi MAN 3 Kulonprogo mampu mengirimkan wakilnya sebagai anggota Paskibraka,” ungkap sulung dari tiga bersaudara itu, belum lama ini.
Azka semakin termotivasi, ketika tahu ternyata selama ini belum pernah ada pelajar asal Kalibawang yang menjadi anggota Paskibraka baik tingkat Kabupaten/Kota, Provinsi, maupun Nasional. Kecuali itu, Azka juga ingin menjadi kebanggaan orangtua dan sekolah. Ia pun bertekad menjadi pelopor untuk para pelajar di wilayah Kulonprogo bagian utara.
Sejak seleksi hingga pengukuhan, banyak hal positif yang didapat Azka. Ia belajar tentang kepemimpinan, kekeluargaan, solidaritas, menghormati orang yang lebih tua, dan semangat jiwa korsa dalam diri. Selain itu, ada pengalaman menarik dalam latihan baris-berbaris yang sangat relevan dengan kehidupan sehari-hari, sugesti.
“Ketika pikiran kita mengisyaratkan positif, maka seluruh tubuh akan merespons positif juga, hal itu juga berpengaruh pada mental dan emosi. Kalau tidak bisa mengontrol emosi, nantinya bisa mengacaukan barisan,” tutur santri Panti Asuhan Sulthon Salim, Kalibawang, Kulonprogo.
Menjadi anggota Paskibraka pun tidak harus dari kalangan orang-orang terpandang ataupun pejabat. Azka membuktikan keyakinan itu. Ayahnya seorang kuli bangunan. Sedangkan sang ibu, bekerja sebagai penjual nasi bungkus.
Keikutsertaan sebagai anggota Paskibraka Kabupaten Kulonprogo kiranya merupakan berkah seorang penghafal Alquran. Azka merupakan satu diantara siswa MAN 3 Kulonprogo penghafal Alquran. Ia telah menghafal 10 juz dalam Alquran, masing-masing juz satu sampai tujuh dan juz 28 sampai 30.
Bagi Azka, mengikuti pelatihan sebagai anggota Paskibraka adalah suatu keharusan. Menjaga hafalan Alquran merupakan kebutuhan. Kedua hal itu harus dilakukannya. Azka selalu melakukan murojaah selama perjalanan dari asrama panti ke lokasi latihan, karena itu merupakan cara untuk menjaga hafalan Alquran yang paling efektif.
“Usaha tanpa doa itu sombong, doa tanpa usaha itu bohong,” tukasnya. (Fajar SK)
Artikel Azka Khoir Wibowo, Anggota Paskibraka Kulonprogo Penghafal Alquran pertama kali tampil pada Wiradesa.co.