Padukuhan Kroco merupakan salah satu dari 10 padukuhan di Kalurahan Sendangsari yang tidak memiliki tanah kas desa. Sehingga tidak ada lahan luas yang bisa dimanfaatkan untuk ruang publik.
Padahal ruang publik itu diperlukan untuk berkumpul, belajar, olahraga, dan berbagai kegiatan masyarakat. Keberadaan dan manfaat ruang publik tersebut dirasakan sangat penting bagi Dukuh Kroco Slamet Supriyono.
Sejak diberi amanah sebagai Dukuh Kroco tahun 2016, Slamet Supriyono yang dikenal dengan sebutan Dimas Ahmed, mengizinkan tanahnya seluas 1.000 meter persegi (m2) untuk kegiatan publik atau aktivitas masyarakat.
Saat wartawan Wiradesa.co berkunjung ke rumahnya di Padukuhan Kroco, Kalurahan Sendangsari, Kapanewon Pengasih, Kabupaten Kulonprogo, Sabtu 31 Agustus 2024, tanah yang ada di samping tempat tinggalnya terbangun bangunan joglo, demplot pertanian terpadu, dan lapangan bola voli.
“Di tempat ini masyarakat yang tergabung dalam beberapa kelompok, bebas beraktivitas untuk kemajuan warga Padukuhan Kroco,” ujar Slamet Supriyono sambil memperlihatkan hasil karya kelompok masyarakat yang ada di sekitar Joglo Bantala Abyudaya.
Ayah dari dua anak, Ichan dan Janan, menjelaskan kelompok yang ada di Padukuhan Kroco, antara lain kelompok Bina Keluarga Balita, Bina Keluarga Remaja, Bina Keluarga Lansia, Posbindu, Kelompok Budidaya Ikan, Kelompok Wanita Tani, Kelompok PIKR, UPPKA, dan Bank Sampah.
Pada Sabtu kemarin baru diluncurkan keberadaan Sekolah Sampah di Padukuhan Kroco. Sekolah Sampah ini menurut Pj. Bupati Kulonprogo, Srie Nurkyatsiwi, baru pertama kali di Kulonprogo. Meski dulu dikenal daerah miskin, tetapi sekarang masyarakatnya kreatif dan inovatif.
Slamet Supriyono menceritakan kondisi masyarakat saat awal jadi dukuh, masyarakat yang dulu masih kurang inovatif kreatif, sekarang lebih aktif dan kontributif. “Sehingga kelompok-kelompok kegiatan di tempat kami banyak terbentuk dan kegiatannya semua positif,” jelas suami Puji Rahayu.
Terkait dengan kelompok-kelompok tersebut, Dukuh Kroco Slamet Supriyono berharap bisa dioptimalkan sehingga dengan banyaknya kelompok tersebut bisa memberikan konseling, informasi dan edukasi kepada masyarakat selanjutnya tercipta masyarakat yang berkualitas dan sejahtera.
Alumni Universitas Negeri Yogyakarta menegaskan menjadi dukuh itu bukan mencari jabatan dan harta, tetapi agar bisa lebih dekat dengan masyarakat menjadi motivator, fasilitator dan juga motor untuk membangun masyarakat lebih maju.
Kini Dimas Ahmed, panggilan akrab Slamet Supriyono, rela dan ikhlas mengizinkan tanahnya untuk kegiatan bersama agar masyarakat berdaya, kreatif, inovatif, maju, dan sejahtera. Dia ingin merubah daerah yang dulu sepi tidak ada aktivitas kegiatan dan warganya miskin, sekarang maju penuh kegiatan inovasi kreatif, dan warganya maju mandiri sejahtera. (Ono)
Artikel Dukuh Kroco Slamet Supriyono Izinkan Tanahnya 1.000 M2 untuk Kegiatan Masyarakat pertama kali tampil pada Wiradesa.co.