MEMASARKAN destinasi wisata desa atau desa wisata agar butuh energi kreatif para pengelolanya. Banyak yang harus dipikir dan dirancang untuk membuat para wisatawan terkesan, nyaman, betah dan puas atas aktivitas wisata yang mereka lakukan.
“Untuk meng-create atraksi wisata bisa dimulai dari identifikasi gender. Wisatawan yang hadir dari umur berapa sampai berapa. Pengelola mesti punya target, segmentasi. Target wisatawan milenial, konsep tempat misalnya harus bisa menarik anak muda,” ujar General Manager Bandara YIA Ruly Artha di hadapan peserta Workshop Strategi Pemasaran Destinasi Wisata Desa di Joglo Kilen Lepen, Sabtu 13 Januari 2024.
Ruly kemudian mencontohkan bagaimana ia merancang sebagian kawasan di bandara menjadi area publik. Tersedia ruang bagi UMKM mendisplai dagangan, menyelenggarakan tematik event, sehingga sebelum masuk cek in konter, penumpang bisa belanja bakpia dan lainnya.
“Harga bakpia pun sama dengan di kota. Atraksi harus dirancang. Misalnya dengan meminimalkan antrean panjang agar waktu tak habis untuk cek in, agar penumpang masih sempat belanja,” ujar Ruly.
Kepada para peserta workshop anggota Pokdarwis dan UMKM pariwisata di Kulonprogo, Ruly mengajak agar siap mengantisipasi bila sewaktu-waktu penumpang rute internasional Singapura dan Kualalumpur kedatangannya meningkat. Para pelaku wisata desa, Pokdarwis dan UMKM bisa mulai melakukan survei perihal makanan yang disukai para penumpang asing. Dia mencontohkan, ketika di Bali penerbangan diramaikan dengan kedatangan penumpang dari India, resto dan pusat kuliner setempat banyak yang menyesuaikan. Bergeser dari menyediakan menu Eropa ke menu vegetarian. Alasannya karena banyak orang India menerapkan pola hidup sebagai vegetarian.
“Dalam mengelola desa wisata atau wisata desa perlu dinamis. Berbicara suatu usaha maka harus dinamis. Upayakan tiap tahun ada perubahan. Karena itu akan menjadi daya tarik bagi market baru,” imbuhnya.
Ruly berpesan agar para pengelola wisata desa selalu terbuka kepada ide-ide baru. Bahkan bila masih dalam kondisi merugi sekalipun. Justru tatkala masih merugi, mereka harus tambah gencar dan makin kuat berpikir merancang berbagai ide baru yang segar. “Jadikan kegagalan, kerugian sebagai batu loncatan untuk melompat lebih tinggi,” tandasnya.
Treatment berbeda dalam bisnis pun harus diterapkan. Hal-hal kecil yang kerap kurang diperhatikan seperti higienitas makanan, kebersihan toilet, kemanan dan kenyamanan tak boleh diabaikan. “Aman jalurnya, cukup pencahayaannya, homestay nyaman, toilet wangi dan bersih. Hal-hal kecil itu bisa membuat wisatawan terkesan dan pada suatu saat akan datang kembali,” kata Ruly sembari mengingatkan agar para anggota Pokdarwis, pelaku wisata desa, UMKM berkreasi dengan sesuatu yang beda agar wisatawan selalu ingat dengan mereka. (Sukron)