PENDONGENG Rona Mentari, Minggu 8 Desember 2024, berbagi ilmu dan pengalaman di Kelas Dongeng Awicarita Festival 2024. Selain Kelas Dongeng, kegiatan di Kompleks Benteng Vredeburg Yogyakarta bertema “Menanam Cerita Menuai Cinta” ini juga diselenggarakan Kelas Menulis Cerita Anak, Ruang Bercerita, dan kegiatan lainnya.
Ada 20 peserta yang mengikuti Kelas Mendongeng bersama Rona Mentari. Para peserta berasal dari profesi yang beragam, ada guru, event organizer, ibu rumah tangga, pegawai hotel, dan pendongeng. Mereka tampak serius mengikuti pembelajaran mendongeng dari alumnus The International School of Storytelling di Inggris.
Rona mengawali kelas mendongengnya dengan bercerita kenapa dia menekuni profesi sebagai pendongeng. Saat masih kecil, ketika sekolah di TK, dia anak yang pemalu, minder, dan tidak percaya diri. Bahkan Rona sampai ngompol, kencing di celana, saat gurunya menyebut namanya untuk maju ke depan.
Namun ketika gurunya mendongeng, pendiri Rumah Dongeng Mentari ini dengan serius mendengarkan. Apa yang diceritakan guru TK-nya, Rona hafal. Ketika pulang sekolah, mamanya selalu bertanya, tadi diajar apa sama gurunya. “Diajar mendongeng ma…,” jawab Rona dengan mata berbinar.
Lantas Rona menceritakan kembali apa yang didongengkan guru di depan mamanya. Sambil menyeterika, mamanya mendengar dan mengapresiasi cerita dari anaknya Rona Mentari. Perhatian dan apresiasi orangtua, ternyata dirasa sangat berarti bagi anak. “Pendengar terbaik saya adalah mama saya,” tegas Rona Mentari.
Setelah memaparkan alasan untuk menjawab mengapa menekuni dongeng, lantas Rona mempersilahkan para peserta untuk memperkenalkan diri. Tapi caranya cukup unik dan mengesankan. Menyebut nama depan terus diikuti kata kedua yang dimulai dengan huruf depan nama kedua. Misalnya, “Perkenalkan nama saya, Rona…Rona Menari”. Lalu dijawab peserta lain, “Hai Rona”.
“Perkenalkan nama saya Dina…. Dina Dinosaurus….”. “Hai Dina…”. Kemudian ada salah satu peserta laki-laki yang memperkenalkan diri. “Halo… teman-teman namaku Kasam… Kasam Kura-kura…”. “Hai Kasam”. Cara perkenalan peserta seperti ini membuat suasana menjadi cair dan menyenangkan.
Usai perkenalan, Rona mulai mendongeng “Kisah Tentang Anggota Tubuh”. Intinya antar organ tubuh saling tidak puas dengan apa yang dijalankan, tetapi dirasa tidak menikmati. Mulutnya makan, tapi yang merasakan kenyang perutnya. Kakinya berjalan mencari makan, tetapi yang makan mulut dan yang kenyang perut. Begitu pula dengan mata, telinga, dan organ tubuh yang lain. Mereka protes dengan perut yang selalu diuntungkan.
Akhirnya terjadi protes dan demo. Semua organ tubuh, sepakat berhenti bekerja, berhenti berfungsi. Satu, dua, dan tiga hari berjalan lancar, tetapi hari keempat, kelima, semua merasa akibatnya. Karena perut tidak terisi, maka badan terasa lemas, akibatnya dirasakan pada organ tubuh lainnya. Kaki gemeteran, mata berkunang-kunang, perut keroncongan, dan organ tubuh lainnya juga merasa tidak nyaman.
Setelah bermusyawarah, akhirnya dicapai kesepakatan, jika semua organ tubuh, mulai dari mata, mulut, telinga, tangan, kaki, perut, dan lainnya bekerja sesuai dengan porsinya. Setelah semua bekerja sesuai dengan porsinya, badan menjadi sehat, kuat, dan bergairah, serta lebih produktif.
Usai bercerita, Rona Mentari meminta semua peserta Kelas Mendongeng untuk menyiapkan selembar kertas putih, lalu membuat enam kotak. Setiap kotak digambar adegan yang ada dalam cerita. Hanya gambar saja, tidak ada tulisannya. “Mari semuanya kita membuat Peta Cerita,” pinta Rona Mentari.
Setelah menyelesaikan tugasnya membuat gambar cerita dalam enam kotak, para peserta satu per satu diminta menjelaskan gambarnya. Dari pemaparan peserta, terasakan pendongeng itu tidak perlu harus menghafal, terpenting memahami alur cerita dan berimajinasi memvisualkan cerita.
Selanjutnya, Rona Mentari mengingatkan kepada para peserta akan pentingnya suara dan ekspresi dalam mendongeng. Dua hal ini harus dilatih. Caranya dengan melafalkan huruf hidup dengan vokal yang jelas, bersuara kecil, biasa, dan besar. Kemudian, melatih ekspresi dengan senam wajah. Caranya alis dinaikkan dan diturunkan, mulut digerakkan ke kanan dan ke kiri. Bagian wajah digerakkan sejelek mungkin. Lalu mengekspresikan wajah saat emosi, marah, sedih, malu, kecewa, dan lainnya.
Di akhir berbagi pengalamannya, Rona Mentari mengajak para peserta ke luar dari ruangan Dream Corner Benteng Vredeberg untuk mengevaluasi kelas mendongeng dan mempersilahkan peserta untuk bertanya apa saja tentang mendongeng. Salah satu peserta bertanya, bagaimana membuat audience, khalayak, atau pendengar dongeng, agar fokus dan memperhatikan materi dongengnya.
Sebagai pendongeng di berbagai event, baik di tingkat daerah, nasional, maupun internasional, Rona Mentari membagi pengalamannya agar pendengarnya tertarik dan fokus mendengarkan cerita yang disampaikan. Upayakan ada interaksi antara pendongeng dan pendengar. Selingi kuis atau pertanyaan yang ada hadiahnya, kalau perlu nyanyikan lagu yang baru disenangi, sebut nama anak yang menjadi perhatian pendengar atau anak yang membuat keributan. Dan yang terpenting, ada dua yang harus diperhatikan, yaitu suara dan ekspresi.
Pelaksanaan Awicarita Festival 2024 berjalan lancar dan sesuai jadwal agenda yang telah disusun para relawan Rumah Dongeng Mentari. Awicarita Festival dimulai pukul 08.00 diawali dengan pementasan dongeng di Panggung Cerita Pagi. Kemudian Ruang Bercerita “Mendongeng, Literasi, dan Kecerdasan Emosi” bersama Grace Melia, Kalis Mardiasih, dan Arif Rahmanto (dewasa) dan Lingkaran Cerita Ibu bersama Kemuning Kembar Omah Perden (ibu dan calon ibu).
Ada Kelas Cerita Rasa bersama Dje Djak Rasa (7-15 th), Kelas Menulis Cerita Anak bersama Watiek Ideo (dewasa 17 th+), Panggung Cerita Sore (semua umur), Jogja Storytelling Circle X Stand Up Indo Jogja (dewasa 15 th+), serta Ruang Bercerita “Dunia Anak di Antara Halaman Buku” bersama Gin Teguh dan Watiek Ideo (dewasa).
Agenda rutin tahunan yang diselenggarakan Rumah Dongeng Mentari juga dimeriahkan dengan Gerai Cerita (mini bazar), Taman Anak Bercerita bersama Sekolah Murid Merdeka (anak), Taman Dolanan (anak), Lingkaran Cerita Balita bersama Lingkar Mama (balita – pedamping), Kelas Merakit Wayang dan Nobar Animasi Wayang Desa Timun (4-14 tahun). (Ono)
Artikel Kelas Mendongeng Awicarita Festival 2024: Membuat Peta Cerita dengan Enam Kotak pertama kali tampil pada Wiradesa.co.