Menikmati matahari terbenam atau sunset dari Puncak Sosok sungguh menakjubkan. Perpaduan antara cahaya langit berwarna lembayung dan temaram lampu kota Yogyakarta menghasilkan suasana syahdu pada detik-detik pergantian waktu siang dan malam.
Puncak Sosok berada di wilayah Padukuhan Jambon, Kalurahan Bawuran, Kapanewon Pleret, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Dulu daerah ini terkenal kering, susah air, dan sulit untuk dijangkau, sekarang menjadi destinasi wisata desa.
Saat ini Puncak Sosok menjadi destinasi wisata favorit di wilayah Bantul. Obyek wisata ini ramai dikunjungi wisatawan, khususnya malam hari pada hari Jumat, Sabtu, Minggu, dan hari libur nasional.
Selain pemandangan Kota Yogyakarta dari atas bukit yang menawan, para wisatawan juga disajikan aneka makanan khas desa di Taman Kuliner, Live Concert Music, dan Kopi Sosok. Selain itu juga tersedia tempat ibadah, toilet, kios souvenir, dan tempat duduk seperti amphiteater di area terbuka.
Untuk menikmati suasana alam di Puncak Sosok, aksesnya relatif mudah. Jarak dari kawasan Malioboro Yogyakarta ke Puncak Sosok sekitar 17,1 kilometer. Jika ditempuh dengan kendaraan mobil memerlukan waktu sekitar 44 menit. Pengunjung disarankan memakai jaket atau baju lengan panjang, karena angin malamnya cukup kencang dan dingin.
Wartawan Wiradesa.co berkesempatan mengunjungi Puncak Sosok pada Sabtu 10 Agustus 2024. Jalan dari Kantor Wiradesa di Baturetno Banguntapan ke Bawuran Pleret, datar dan relatif lancar. Tapi jalan dari Balai Desa Bawuran ke Puncak Sosok sangat ekstrem. Lebar jalannya hanya pas untuk satu mobil, tidak bisa untuk papasan, dan berliku naik.
Sesampai ke pintu gerbang, satu mobil dikenakan biaya parkir Rp 5.000. Sore itu, pukul 16.00, jumlah mobil dan sepeda motor yang terparkir belum penuh. Namun ketika balik sekitar pukul 19.00, halaman parkir motor penuh dan mobil sampai ke jalan-jalan di luar area parkir. “Kalau malam Minggu seperti malam ini, kami biasanya memperoleh pendapatan dari parkir sekitar tiga juta rupiah,” ujar Wasiman, salah seorang petugas parkir malam itu.
Selain pendapatan dari parkir, pengelola yang semuanya warga Padukuhan Jambon, juga mendapat masukan dari tiket masuk, sewa alas tikar, dan penjualan di Taman Kuliner. Setiap pengunjung dikenakan tiket masuk Rp 5.000, sewa alas tikar Rp 5.000, harga makanan dan minuman di Taman Kuliner cukup terjangkau mulai dari Rp 2.000 sampai Rp 10.000. Jagung bakar Rp 8.000.
Pengunjung dua orang, menghabiskan Rp 64.000 dengan rincian untuk bayar parkir mobil Rp 5.000, 2 tiket masuk Rp 10.000, dan makan minum (2 orang) Rp 47.000. Total Rp 64.000. Dengan uang kurang dari seratus ribu rupiah, sudah bisa menikmati sunset dari Puncak Sosok, makan minum khas desa, dan menikmati pentas musik yang enak dilihat dan didengar.
Berbasis Masyarakat
Destinasi wisata Puncak Sosok merupakan contoh pengelolaan pariwisata berbasis masyarakat. Warga sekitar dilibatkan untuk tukang parkir, jaga jalan akses menuju lokasi wisata, jual tiket masuk, melayani kuliner, sewa tikar, jaga toilet, jaga keamanan, dan lainnya. Mereka kompak, gotong royong, dan berusaha bersama meraih kesejahteraan.
Tutik, warga Jambon yang berjaga di loket penjualan tiket masuk kawasan Puncak Sosok mengungkapkan jika malam Minggu ada sekitar 3.000 tiket yang terjual. Harga tiket masuk Rp 5.000. Sehingga dari penjualan tiket saja, satu hari bisa menghasilkan pendapatan Rp 15.000.000. Kemudian ditambah pendapatan dari Rp 3.000.000.
Pendapatan yang terbanyak dari kuliner. Jika setiap orang atau pengunjung membelanjakan Rp 25.000, maka untuk 3.000 pengunjung membelanjakan uangnya di Puncak Sosok sebesar Rp 75.000.000. Dengan hitungan-hitungan sederhana seperti itu, maka bukan tidak mungkin salam satu hari satu malam destinasi Puncak Sosok bisa menghasilkan pendapatan sekitar Rp 100.000.000.
Pengelola warung-warung di Taman Kuliner semuanya warga Jambon. Seperti Warung Pak Ino, Warung Abrian, Warung Mbak Fitri, Mie Ayam Bu Endar, Warung Pak Wo, Jagung Bakar Pak Parjo, dan warung lainnya. “Pemilik dan penjaga warung di sini semuanya warga Jambon, tapi yang nyetori makanan ada yang dari warga di luar Jambon,” ujar Fitri.
Dana ratusan juta rupiah yang beredar di Puncak Sosok, sudah pasti akan menyejahterakan warga Jambon dan sekitarnya. Dengan pariwisata, Puncak Sosok yang dulu daerah kering, sulit air, dan terisolir, sekarang menjadi ramai, menghasilkan uang, dan menyejahterakan warga sekitar. Ini semua berkat kerja keras dan kreativitas warga desa untuk memajukan desa dan menyejahterakan masyarakat desa melalui wisata desa. (Ono)
Artikel Menikmati Sunset dari Puncak Sosok pertama kali tampil pada Wiradesa.co.