KULONPROGO – Keris, warisan budaya kaya filosofi. Dalam proses penciptaannya, sebilah keris dikerjakan secara detail. Laku seorang empu dalam membuat keris jenis tertentu penuh totalitas, lahir dan batin.
Mujiman, pecinta keris mengatakan, dirinya masih menyimpan dua bilah keris sebagai koleksi atau ageman. Keris dapur brojol dan jalak tilamsari.
“Tergerak untuk belajar keris bermula dari keinginan ikut serta dalam pelestarian tosan aji sebagai warisan dari para leluhur,” kata sosok yang akrab disapa Muji, Rabu 5 Februari 2025.
Sebagai pelestari tosan aji, warga Dhisil Salamrejo Sentolo itu kini aktif dalam Paguyuban Runcing Wangi. “Di paguyuban banyak senior jadi ngiras pantes belajar di sana. Utamanya perihal edukasi, perawatan dan pelestarian,” ujarnya.
Di lingkungan tempat tinggal, Muji kerap menjadi jujugan para pemilik keris. Di samping memberi edukasi ia melayani kelengkapan pusaka; warangka, pendok, deder, mendak, minyak pusaka.
Dalam merawat keris pusaka, Muji menyarankan agar para pemilik rutin sering mengoleskan minyak pada bilah keris setidaknya dua bulan sekali guna menghindari korosi. Apabila sebagian sudah telanjur mengalami korosi pembersihannya dengan dibersihkan dalam rendaman air kelapa. “Bersihkan lalu diwarangi untuk keluarkan pamor,” imbuhnya.
Harga keris saat ini, lanjut Muji sangat bervariasi. Dari jenis keris koden untuk aksesoris hingga keris tertentu untuk ageman sudah barang tentu harga bisa terpaut jauh.
“Keris buat ageman juga menyesuaikan material. Dari pendok bahan kuningan, perak bisa emas atau tatahan biasa. Warangka tergantung bahan dan model. Kayu bagus pakai cendana atau cendana wangi. Ada juga kayu trembalo asal Aceh dan kayu timo. Kayu timo kayu khas buat rangka. Pakemnya pakai timo,” ungkapnya.
Hal lain yang turut menentukan harga misalnya pelet atau batikan motif pada kayu. Ada motif nyamel, kendit, ngingrim, mbatok.
“Sedangkan untuk bilah keris tergantung tangguh, utuh dan sepuh. Ada tangguh mataram, majapahit, singosari, tuban, kamardikan, ada banyak tangguh keris. Tangguh artinya era atau zaman pembuatan. Yang banyak diburu misalnya tangguh Mataram Sultan Agung,” jelasnya.
Sebuah keris dapat dilihat dan dinilai dari dua sisi. Eksoteri dan isoteri. Eksoteri dilihat dari sisi keindahan sebuah mahakarya. Sementara isoteri dipandang dari sisi filosofi. “Masing-masing bagian keris punya detail corak dan bahan berbeda. Pada bagian deder atau hulu pegangan bahannya bisa dari kayu kemuning, cendana, tayuman ada pula dari gading,” pungkasnya. (Sukron)
Artikel Mujiman, Mengoleksi Keris Dapur Brojol dan Jalak Tilamsari pertama kali tampil pada Wiradesa.co.