GUNUNGKIDUL – Peserta Sekolah Jurnalisme Desa (SJD) mengungkapkan potensi pangan di wilayah Kabupaten Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Potensi itu tidak hanya di bidang pertanian saja, tetapi juga peternakan, perikanan, perkebunan, dan berbagai olahan makanan dan minuman.
Ada 30 anak muda desa yang mengikuti SJD Angkatan ke-3 di Studio Tani Kalisuci Tambakrejo, Semanu, Gunungkidul, pada Sabtu dan Minggu 28 Mei 2023. Kegiatan yang diselenggarakan Wiradesa.co dan didukung PT Semen Indonesia ini bertema “Belajar, Berkarya, dan Berbagi Jurnalisme Pangan”.
Sumiran, peserta dari Padukuhan Tambakrejo, Kalurahan Semanu, Kapanewon Semanu, mengungkapkan di Padukuhan Tambakrejo yang dihuni 60 kepala keluarga (KK) terdapat kebun buah kelengkeng, lidah buaya (Aloe vera), dan area cetak sawah cerdas air. “Di Padukuhan Tambakrejo Kelompok Wanita Tani (KWT) yang mengolah lidah buaya menjadi minuman,” ungkapnya.
Sedangkan Melia Puspita Larasathi yang juga dari Tambakrejo mengemukakan ibu-ibu yang memproduksi berbagai olahan lidah buaya mengalami kendala pemasaran. Selain itu juga masih dicari formula yang tepat untuk pengolahan dan pengemasannya, agar diterima pasar yang lebih luas. Karena para ibu hanya mengolah lidah buaya menjadi minuman.
Peserta lain, Hani Puspowati, dari Gari, Wonosari, menjelaskan di kalurahannya juga ada usaha produksi olahan lidah buaya. Olahannya tidak hanya berupa minuman saja, tetapi juga menjadi keripik dan permen. “Produk olahan lidah buaya di Gari juga mengalami kendala pemasaran,” ujar Hani.
Hani juga mengungkapkan di Gari ada 14 titik sumur ladang modern. Pembangungan sumur tersebut dibiayai dari dana desa (DD). Sumur ladang modern yang dibangun atas inisiatif masyarakat, melalui musyawarah rencana pembangunan kalurahan ini bermanfaat untuk mengairi ladang warga, khususnya di musim kemarau.
Namun permasalahannya sampai sekarang, warga tani di Gari masih belum menemukan tanaman yang cocok untuk ladang miliknya, yang bisa panen sepanjang tahun. Sehingga tanamannya terus berubah-ubah. “Petani sudah mencoba tanaman bawang merah, tetapi masih musiman,” terang Hani.
Kalurahan Gari juga terdapat Pasar Argo Wijil yang menyajikan berbagai makanan tradisional. Pasar desa modern yang dikelola anak-anak muda ini sekarang menjadi destinasi wisata dan menjadi pusat pengembangan ekonomi perdesaan di Kalurahan Gari dan sekitarnya.
Selanjutnya Fika Findi Astuti dari Mertelu, Gedangsari, mengungkapkan di wilayah kalurahannya banyak tanaman pisang dan empon-empon. Namun masyarakat masih menjual hasil panennya berupa pisang matang dan hasil tanaman empon-empon. Padahal jika produksi pisang diolah menjadi keripik dan empon-empon diolah menjadi jamu, maka harga jualnya akan semakin tinggi.
Kemudian Citra Nofita dari Nglanggeran, Patuk, menjelaskan di kalurahannya banyak terdapat tanaman kakao. Masyarakat juga sudah mengolahnya menjadi produk makanan. Namun olahan kakaonya masih terbatas pada makanan. Padahal kakao memiliki zat antioksidan yang tinggi dan senyawa ini bisa menjadi bahan baku kosmetik.
Bima Aldy Setyawan, dari Bendung, Semin, mengungkapkan di wilayah kalurahannya ada Lumbung Pangan Mataraman. Di lumbung tersebut, masyarakat bersama kelompoknya melakukan usaha ternak, mengolah pupuk, bertani, dan berbisnis ala desa. Kini Bendung menjadi desa mandiri pangan dan menjadi tempat tujuan studi banding bagi para aparat desa yang ingin mandiri di bidang pangan.
Narasumber Kompeten
Agar peserta SJD mendapat pengetahuan tentang bagaimana memberdayakan masyarakat, bagaimana cara bertani secara terpadu, dan bagaimana warga desa mempublikasikan potensi desanya, Wiradesa.co menghadirkan tiga narasumber kompeten, yakni Didik Rubiyanto (Lurah Bendung), Tri Madi Wiyono (Pendiri Studio Tani Kalisuci), dan Sihono HT (Praktisi Media dan Penguji Kompetensi Wartawan).
Didik Rubiyanto dinilai berhasil mengajak warga untuk bersama-sama mewujudkan kalurahan Bendung menjadi desa mandiri pangan. Salah satu caranya, masyarakat yang terhimpun dalam kelompok, organisasi, dan paguyuban disediakan ruang untuk berdaya, memenuhi kebutuhan pangan melalui Lumbung Mataraman. Bagaimana menggerakkan warga desa agar mau bersama-sama mengupayakan pangannya sendiri, akan dipaparkan pada tulisan selanjutnya.
Sedangkan Tri Madi Wiyono berhasil menciptakan sistem tanam padi dan pelihara belut serta ikan di lahan tandus dan air sedikit. Sistem ini diberi nama “Cetak Sawah Cerdas Air”. Bagaimana cara membuatnya akan dipaparkan juga pada laporan berikutnya.
Founder Wiradesa Group Sihono HT yang telah merancang Jurnalisme Pangan menjelaskan tentang berbagai karya jurnalistik peduli pangan. Karya tersebut tidak hanya teks (berita) saja, tetapi juga gambar (foto), serta perpaduan antara teks, gambar, dan suara (video). Bagaimana rumusan dan cara membuat berita, foto, dan video peduli pangan, juga akan dipaparkan pada laporan berikutnya.
Pada Minggu 28 Mei 2023, peserta SJD #3 di Gunungkidul merancang Deklarasi Kalisuci. Pernyataan sikap yang berisi empat item itu ditandatangani semua peserta dan dibacakan bersama di depan Joglo Studio Tani Kalisuci.
Deklarasi Kalisuci
1. Kami pemuda dan pemudi Gunungkidul siap mewujudkan Gunungkidul sebagai lumbung pangan di Daerah Istimewa Yogyakarta.
2. Kami pemuda dan pemudi Gunungkidul siap membuat karya jurnalistik peduli pangan, baik berupa teks, gambar, suara, maupun perpaduan antara teks gambar dan suara.
3. Kami pemuda dan pemudi Gunungkidul akan terus belajar, berkarya, dan berbagi informasi tentang pangan di Indonesia.
4. Kami pemuda dan pemudi Gunungkidul siap berinovasi dan berkolaborasi untuk merealisasikan kedaulatan pangan di Gunungkidul.
Gunungkidul, 28 Mei 2023
Usai pelaksanaan SJD, para peserta dengan koordinator Sumiran sepakat untuk terus bersama-sama belajar, berkarya, dan berbagi informasi pangan. “Mohon grup whatsapp-nya jangan dibubarkan. Kami akan terus belajar menulis dan membuat karya jurnalistik bersama para pendamping dari Wiradesa.co,” ujar Sumiran saat memberi sambutan penutupan SJD #3 di Gunungkidul.
Pelaksanaan SJD di Gunungkidul didukung PT Semen Indonesia. Selanjutnya Wiradesa.co akan melaksanakan SJD Angkatan ke-4 di wilayah Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Seperti pelaksanaan di Kulonprogo, Bantul, dan Gunungkidul, peserta SJD di Sleman juga gratis. (*)
Artikel Peserta Sekolah Jurnalisme Desa Ungkap Potensi Pangan di Gunungkidul pertama kali tampil pada Wiradesa.co.