PARA peserta Sekolah Jurnalisme Desa (SJD) #5, langsung bergegas dan berpencar, saat pembawa acara Yuniar Avicenna mempersilakan mereka mencari data lapangan di sekitar Joglo Padepokan Kilen Lepen. Sebagian menuruni jalur menuju tepi Kali Progo, sebagian lagi bertahan di halaman joglo.
Sesuai intruksi, para pemuda desa, pamong kalurahan, pengelola website desa serta mahasiswa mengamati berbagai objek yang ada. Fajriyah Muminah peserta dari Kalurahan Ngestiharjo bersama peserta lain tampak langsung menuju spot pohon munggur. Ia mengamati, bertanya kepada Ketua Komunitas Wisata Hijau Lestari Edy Cahyono yang mendampingi di lokasi.
Informasi yang dihimpun di spot munggur diingat dan dicatat. Usai itu, Fajriyah yang sehari-hari bekerja di Kantor Kemenag Kulonprogo melengkapi data tulisan dengan foto. Sejurus kemudian Fajriyah kembali ke arena SJD#5 untuk mengolah data dan menulis berita.
“Di lokasi saya mengamati sekitar. Melihat tanaman kolonjono, mengamati gazebo bambu. Bersantai sejenak di bawah pohon munggur besar. Karena cukup menarik maka saya jadikan sebagai inspirasi tulisan berita,” kata Fajriyah, Senin 26 Agustus 2024.
Fajriyah bercerita, ia bersemangat mengikuti acara lantaran punya kegemaran pada bidang tulis-menulis. Sebelumnya pernah mengikuti workshop kepenulisan. Namun, untuk pelatihan menulis berita khususnya tentang desa baru sekali ini.
Joglo Kilen Lepen di Karangwetan Salamrejo Sentolo menjadi tempat belajar bagi peserta Sekolah Jurnalisme Desa #5 yang didukung Peruri. Berlangsung selama dua hari (Sabtu dan Minggu 24-25 Agustus 2024), mengusung slogan Belajar, Berkarya, dan Berbagi. Sekolah Jurnalisme Desa tidak sekadar mengajak peserta belajar teori jurnalistik tetapi juga diisi simulasi praktik wawancara dilanjutkan menulis berita cepat.
Sesuai rundown acara, di hari kedua para peserta langsung praktik membuat karya jurnalistik. Sebanyak 25 peserta yang berasal dari sejumlah kalurahan di Kulonprogo diharapkan untuk mampu mengangkat potensi kalurahan masing-masing melalui karja jurnalistik.
Founder Wiradesa.co Sihono HT dalam pembekalannya menyampaikan bahwa untuk menjadi jurnalis desa terlebih dahulu harus mengasah kepekaan terhadap persoalan, kritis dan analitis dengan potensi yang ada di desanya.
Sedangkan Sukron Makmun dari wiradesa.co menuturkan, untuk bisa menulis berita cara yang paling mudah ialah dengan mengamati berbagai objek yang ada di sekitar. Ide menulis berita desa tak akan pernah habis karena di desa rutin digelar berbagai kegiatan seni, budaya, olahraga, upacara adat. Belum lagi lingkungan alam yang punya potensi sebagai destinasi wisata desa kini banyak bertebaran. Salah satunya seperti potensi pariwisata yang ada di Salamrejo.
Selain menjadi sentra bagi kerajinan serat alam, Pokdarwis Salamrejo dan Komunitas Hijau Lestari tengah mengembangkan salah satu destinasi wisata di tepi Kali Progo.
Dipaparkan Edi Cahyono kepada para peserta SJD#5, saat ini komunitas tengah berupaya melakukan pengembangan wisata pinggir Kali Progo dengan membangun gazebo, jalan akses pinggir kali, camping ground dan spot foto untuk menambah daya tarik bagi wisatawan yang ingin berkunjung mencari spot foto terbaik, bermain di sungai atau sekadar memancing ikan.
Salah satu peserta Sekolah Jurnalisme Desa Slamet Supriono yang tergabung dalam tim SID Sendangsari, menyampaikan, dengan mengikuti praktik meliput ke lokasi Wisata Kilen Lepen menjadikan dirinya lebih paham. Bahwa untuk membuat karya jurnalistik, perlu menggali informasi dan mencari data lapangan.
“Semoga dengan mengikuti Sekolah Jurnalisme Desa, bisa menambah bekal dalam membuat karya jurnalistik ke depannya. Untuk mengoptimalkan konten tulisan di webiste desa kami,” harap Slamet. (Isman/Sukron)
Artikel Sekolah Jurnalisme Desa, Peserta Langsung Membuat Karya pertama kali tampil pada Wiradesa.co.