ADA tiga kebutuhan dasar untuk membangun desa wisata. Tiga kebutuhan dasar itu terkait dengan aksesbilitas, amenitas, dan atraksi.
Ketua Pokdarwis Tlatar Seneng, Mujimin, memaparkan pembangunan objek wisata Tebing Breksi di Sambirejo Prambanan didasarkan pada pertimbangan aksesbilitas, amenitas, dan atraksi.
Aksesbilitas itu kemudahan untuk mengakses objek, layanan, atau lingkungan di Tebing Breksi. Sedangkan amenitas itu fasilitas pendukung yang menyebabkan wisatawan merasa nyaman, mudah, atau nikmat saat berkunjung ke destinasi wisata.
“Fasilitas pendukung itu seperti rumah makan atau restoran, toko cenderamata, dan fasilitas umum seperti toilet, tempat ibadah, kesehatan, serta taman,” papar Mr. Je, panggilan akrab Mujimin, Minggu 2 Maret 2025.
Atraksi juga menjadi daya tarik desa wisata. Atraksi ini bisa kegiatan, objek, atau tempat yang menarik. Seni budaya setempat bila dikemas sesuai dengan apa yang diinginkan wisatawan, pasti menarik.
Apa yang dicari wisatawan? Mr. Je mengingatkan kepada masyarakat desa yang ingin membangun desa wisata agar mengerti benar, apa yang dilihat, apa yang dikerjakan, apa yang dibeli, dan apa yang dirasakan wisatawan.
“Untuk bisa mengerti dan memenuhi keinginan wisatawan, sebaiknya warga yang baru membangun desa wisata melakukan studi tiru di desa wisata yang berhasil memikat wisatawan,” ujar Mr. Je.
Proses Pembangunan
Ada tahapan-tahapan yang perlu dipikirkan dan dilaksanakan dengan baik saat menjalankan proses pembangunan desa wisata. Tahapan yang perlu dilalui, yakni perencanaan, implementasi, dan monitoring evaluasi.
Perencanaan itu meliputi perumusan visi misi dan tujuan pembangunan desa wisata. “Kegagalan membangun desa wisata, karena tidak terumuskan dengan jelas visi misi dan tujuannya. Sehingga pengelola seperti berjalan tanpa arah yang jelas,” jelas Mr. Je.
Sedangkan implementasi itu mencakup penyiapan paket wisata, penentuan harga, SOP kegiatan, penyiapan sumber daya manusia (SDM). Para pelaku wisata di desa harus memiliki kesadaran tentang wisata dan memberikan pelayanan prima.
Selanjutnya setelah diimplementasikan, maka harus dilakukan monitoring dan evaluasi. Penilaian kinerja desa wisata meliputi pemenuhan pasar dan dampak yang ditimbulkan. Dampak ini bisa positif atau negatif. Jika berdampak positif, maka perlu terus ditingkatkan. Jika berdampak negatif maka wajib diupayakan untuk menjadi positif.
Lantas proses apa lagi yang perlu diperhatikan para perancang desa wisata. Tulisan berikutnya akan membahas tentang tahapan pembangunan desa wisata, mulai dari identifikasi potensi sampai peningkatan perekonomian masyarakat desa. (*)
Artikel Tiga Kebutuhan Dasar Pembangunan Desa Wisata pertama kali tampil pada Wiradesa.co.