KEBUMEN-Warga Desa Jatimulyo Kecamatan Petanahan, Kebumen makin giat beternak domba. Selain merawat ternak domba di kandang komunal bersama kelompok, mereka juga memelihara domba di kandang pribadi di rumah masing-masing.
Kades Jatimulyo Sabit Banani menuturkan, kini di Jatimulyo terdapat tujuh kelompok peternak domba. Satu kelompok beranggotakan 10 orang. Kelompok ternak tersebar di tujuh wilayah padukuhan.
Program ternak domba di Jatimulyo dimulai dua tahun lalu. Pemdes memberikan bantuan induk ternak domba dengan sistem hibah murni. Sehingga peternak tak dibebani kewajiban pengembalian apa pun. “Hibah murni diberikan kepada kelompok bukan atas nama pribadi. Peternak hanya diberikan kewajiban menyisihkan uang Rp 50-100 ribu per kelahiran domba. Selanjutnya dana yang terkumpul dikelola dan menjadi kas milik kelompok,” kata Sabit Banani, Jumat 13 September 2024.
Sabit menuturkan, anggaran dana hibah sekitar Rp 237 juta. Digunakan untuk membeli 70 indukan domba betina dan tujuh pejantan. Indukan tersebut diserahkan kepada tujuh kelompok tani ternak. Anggota kelompok memberi pakan tiap pagi dan sore. Mereka bersama-sama mengelola kandang komunal.
“Beranggotakan 10 orang dalam satu kelompok, satu peternak mengelola satu induk betina. Anakan dari induk yang bunting akan menjadi milik si peternak. Sifatnya pemberdayaan. Selain menjaga kebersihan, memberi pakan, para peternak juga wajib mengawinkan lalu mengembangkan usaha ternak domba di rumah masing-masing,” imbuh Sabit.
Karena harus mengembangkan usaha ternak domba di rumah, warga Jatimulyo umumnya punya kandang domba agar mereka tak bergantung dengan kandang koloni. Kandang koloni lebih difungsikan sebagai pusat pembibitan atau pusat indukan.
Dia menambahkan, program pemberdayaan masyarakat beternak domba dilatari pemikiran bahwa sektor pertanian kurang lengkap tanpa adanya sumber pupuk. Bahwa pertanian yang maju mesti diimbangi produksi pupuk. Pupuk kandang dari ternak domba akan mendukung majunya pertanian di Jatimulyo.
“Latar belakang berikutnya, domba bisa mendukung kehidupan peternak. Banyak cerita baik, orangtua bisa menyekolahkan anak dari beternak domba. Selanjutnya domba dikenal sebagai pemakan rumput sedangkan kambing pemakan daun atas. Di Jatimulyo sumber daya hamparan rumput relatif melimpah,” katanya.
Para peternak domba di Jatimulyo umumnya akan menyapih anakan domba pada usia empat bulan. Anakan domba dibawa pulang tak lagi menempati kandang komunal. Di kandang milik pribadi anakan domba akan dibesarkan setidaknya tiga bulan baru boleh dijual.
“Anakan domba jantan usia 1,5 tahun bisa laku Rp 1,5 juta. Betina lebih murah,” timpal Sabit yang terobsesi menjadikan Jatimulyo sebagai desa penghasil bibit domba berkualitas bagus.
Sukses Beternak Domba
Kisah sukses beternak domba pun diceritakan H Samsul, salah satu warga Jatimulyo. Bermula dari empat induk betina, satu betina berasal dari bantuan dana hibah pemdes, yang tiga pengadaan induk secara mandiri. Dua tahun merawat empat induk betina, saat ini di kandang pribadi dan komunal dia memelihara 16 anakan domba. Sekali melahirkan satu induk betina menghasilkan 2-4 anakan. Dalam satu tahun satu induk diprogram dua kali bunting dan melahirkan. “Anakan yang ada di kandang ada 16. Sebelumnya yang sudah dijual ada 11 anakan,” kata Samsul.
Peternak lain Nur Wahidin menuturkan, di wilayahnya tinggal di RT 2 RW 2 dulu tak ada yang beternak domba. Tapi setelah bergulirnya program pemberdayaan ternak domba dari pemdes setempat, lebih dari setengah kepala keluarga menjadi peternak domba. Nur Wahidin yang awalnya hanya punya satu induk domba bantuan kini sudah berkembang merawat delapan domba.
Guna mengantisipasi serangan penyakit dan tingginya tingkat kematian pasca melahirkan, para peternak dibina Puskeswan keliling. Manajemen kandang, kebersihan dan spek kandang sudah diperbaiki. Begitu pun dengan pilihan asupan pakan serta vitamin secara berkala.
“Warga Jatimulyo yang tak memelihara domba menjadi kurang gaul. Karena seiring intensifnya warga peternak domba, dengan sendirinya obrolan tentang domba menjadi tema sehari-hari,” beber Samsul.
Domba di Jatimulyo berasal dari indukan gibas ekor tipis yang dikawinkan dengan pejantan rambon teksel. Anakannya disebut rambon gibas. Pengandangan sistem panggok tinggi 70 cm dari tanah. Lebar minimal 1,5 meter, tinggi sekitar 2,5 meter. Guna mendukung kebutuhan pakan banyak peternak menanam tanaman indigovera yang memiliki kandungan protein tinggi, juga menanam rumput gajah mini.
Untuk mengantisipasi kegagalan kelompok ternak domba, para peternak tak diperbolehkan menjual indukan yang mereka rawat. Bila butuh uang mereka diarahkan menjual anakan.
Dengan harga jual anakan relatif bagus pasca sapih sudah laku sekitar Rp 1 juta, para peternak domba di Jatimulyo diharapkan bisa makin berdaya dan sejahtera. Apalagi dalam dua tahun belakangan populasi domba di Jatimulyo mencapai sekitar 1000 ekor domba dari keseluruhan peternak domba, kambing dan sapi sebanyak 180 orang.
“Dengan usaha ternak domba yang sudah jalan dan berdaya, tak sedikit peternak sapi beralih beternak domba. Termasuk mereka yang beternak domba secara mandiri. Masuk anggota kelompok tapi bukan penerima bantuan,” pungkas Sabit. (Sukron)
Artikel Warga Jatimulyo Makin Berdaya dengan Ternak Domba pertama kali tampil pada Wiradesa.co.