KULONPROGO – Sebanyak 25 peserta Sekolah Jurnalisme Desa (SJD) ke-5 (#5) di Padepokan Kilen Lepen Salamrejo, Sentolo, Kulonprogo, mengungkapkan potensi kalurahannya. Potensi desa ini tidak hanya di bidang pariwisata saja, tetapi juga pertanian, kerajinan, kebudayaan, dan keunikan desa-desa di wilayah Kabupaten Kulonprogo, Daerah Istimewa Yogyakarta.
Berbagai potensi desa ini diungkapkan para peserta saat memperkenalkan diri di awal pelaksanaan SJD #5 pada Sabtu 24 Agustus 2024. SJD #5 yang berlangsung 24-25 Agustus 2024 menghadirkan narasumber Sihono HT (Founder Wiradesa Group), Reno Chandra Sangaji (Lurah Condongcatur), Sukron Makmun (Wartawan Wiradesa.co), dan Edy Cahyono (Pendiri Komunitas Hijau Lestari).
Waspodo, salah seorang peserta dari Salamrejo Sentolo, mengemukakan di kalurahannya ada sejarah yang menarik untuk disampaikan ke masyarakat. Dulu di wilayahnya terkenal dengan Kampung Jlegong. Kampung ini di tahun 1775 sebagai tempat berburu macan. “Sekarang ini masih ada artefak peninggalan Sumur Jlegong di Padukuhan Giyoso, Salamrejo,” ungkapnya.
Selain tempat berburu macan, di Salamrejo juga ada Makam Luang Tunggal. Satu kuburan untuk dua jenazah (2 orang). Makam ini memiliki nilai historis yang tinggi dan dianggap wingit, karena terkait dengan Raja Brawijaya V. Konon yang dimakamkan di Luang Tunggal itu putra Brawijaya V.
Sedangkan Lestari W, peserta dari Salamrejo lainnya, menambahkan Salamrejo juga terkenal dengan kerajinan serat alam. Proses kerajinan dengan bahan baku serat alam itu dijalankan warga Salamrejo mulai dari hulu sampai hilir. “Proses pembuatan kerajinan serat alam ini bisa menjadi wisata edukasi yang menarik, khususnya bagi para pelajar dan mahasiswa,” ujar Lestari.
Peserta lain dari Banjarharjo Kalibawang, Susanto mengemukakan di wilayahnya ada jembatan gantung yang menjadi cagar budaya. Namun Jembatan Gantung Duwet sekarang dalam kondisi memprihatinkan. Sampai sekarang belum ada tindakan dari pemerintah untuk melestarikan atau memperbaikinya. Persoalannya posisi jembatan tersebut di perbatasan antara wilayah DIY dan Jawa Tengah.
Feri S yang juga dari Banjarharjo menambahkan, selain Jembatan Gantung, di Banjarharjo juga ada destinasi wisata Makam Nyi Ageng Serang. Makam ini memiliki nilai historis, karena terkait dengan keberadaan atau berdirinya Kabupaten Kulonprogo.
Banjarharjo juga terdapat banyak tanaman coklat dan pengolahan hasil coklat mulai dari hulu sampai hilir. Kemudian juga ada usaha budidaya perikanan, peternakan, dan potensi lainnya yang layak untuk dijadikan bahan pembuatan karya jurnalistik peduli desa.
Selanjutnya Wahid, dari Sukoreno Sentolo, mengemukakan di Kalurahan Sukoreno terdapat potensi desa yang layak dipublikasikan. Seperti peristiwa budaya, wiwitan, nyadran, dan bersih situs. Selain itu juga ada jalur kereta api yang terlihat cantik. Kini terkenal dengan Kelok Mertan yang elok.
Prastowo juga dari Sukoreno menambahkan di Sukoreno terdapat beberapa kerajinan yang menarik untuk diperkenalkan ke masyarakat, antara lain kerajinan kain perca, pahat batu, penjor, dan serat alam. Kemudian keseniannya ada seni tari, pedalangan, dan mocopat.
Peserta lain yang mengemukakan potensi kalurahannya, yakni Fajriah dari Ngestiharjo Wates, Eri P dari Kembang Nanggulan, Siti K dari Kaliagung Sentolo, Nurdiana dari Hargorejo Kokap, Irfan dari Banjararum Kalibawang, Yulianto dari Tuksono, serta Dewi dan Slamet Supriono dari Sendangsari Pengasih. (*)
Artikel Sekolah Jurnalisme Desa #5 di Kulonprogo: 25 Peserta Ungkapkan Potensi Kalurahannya pertama kali tampil pada Wiradesa.co.