“…..Malam ini begitu sunyi. Mata ini sulit untuk dipejamkan. Hati galau, pikiran risau! Mampukah aku melangkah untuk melakukan sesuatu untuk anak-anak dan cucu-cucuku besok? Belum tahu itu. Banyak orang, bilang aku cuma “Ngoyo woro”. Tak terasa aku tertidur di atas sajadah sholat di saat aku melakukan sholat “Tahajud”……”
Itulah sepenggal surat yang ditulis Wawan (Agus Setiawan) saat mengawali pengabdiannya untuk mewujudkan lokasi semak belukar, kotor, dan dikenal angker di Tebing Progo, Sentolo, menjadi tempat yang nyaman, indah, dan menyenangkan bagi wisatawan.
Surat yang diberi judul “Catatan Usang” tertanggal 24-2-2018 tersebut sampai sekarang masih disimpan Wawan di saku celananya. “Tulisan ini mau saya leminating dan kusimpan untuk kenang-kanangan bahwa kita ikut menciptakan taman ini,” ujar Wawan, kepada Wiradesa.co, Senin 28 Agustus 2023, sambil memperlihatkan tiga lembar kertas yang sudah kusut berisi catatan kerisauannya.
Berbincang dengan pegiat wisata di pinggir Kali Progo sungguh asyik dan menyenangkan. Saat asyik berdiskusi tentang pengembangan desa wisata, kita bisa melihat indahnya pemandangan di sekitar sungai, rindangnya pepohonan, hamparan air kali, burung-burung berterbangan, mengincar ikan, dan sejumlah kano yang terparkir di pinggir sungai.
Wawan bercerita tentang galaunya saat mengajak masyarakat untuk kerja bakti membersihkan tanah kas desa di pinggir kali yang tidak termanfaatkan. Dia juga mengungkapkan banyaknya sumber air di lokasi yang dibersihkan. Juga ada sejumlah pohon langka dan sulit ditemukan di wilayah Kulonprogo, apalagi di daerah lain.
Kegalauan di malam hari, ternyata terobati di pagi hari. Pada 25-2-2018 pagi, masyarakat berbondong-bondong kerja bakti membersihkan semak belukar. Pada surat itu tertulis “Seluruh warga bersemangat tanpa mengenal waktu. Siang, malam, kami kerja dan kerja. Kini Taman Watu Bulus mulai menunjukkan keindahannya, mata air yang jernih, hamparan Tebing Progo yang indah adalah ciptaan Tuhan Yang Maha Esa yang harus kita jaga dan syukuri”.
Setelah berbincang di gazebo pinggir kali, Wawan mengajak Wiradesa.co untuk melihat secara langsung sumber air yang tertutup bangunan. Meski sudah disemen, tetapi masih ada air yang merembes, mengalir ke arah sungai. Oleh anggota Komunitas Watu Bulus dipasangi paralon dan dialirkan untuk mengisi kolam ikan.
“Air-air ini jika dimanfaatkan untuk kolam renang anak-anak akan mengasyikkan dan taman di sini menjadi ramai. Sayangnya sejumlah mata air, seperti dimatikan oleh pembangunan yang tidak teka terhadap kelestarian lingkungan,” papar Wawan. Selain mata air, pegiat wisata desa ini juga memperlihatkan sejumlah situs yang menarik untuk diketahui orang. Seperti situs bangunan tower air zaman Belanda, batu yang menyerupai bulus, juga ada joglo satu abad.
Sudah menjadi tekadnya, Wawan bersama Komunitas Watu Bulus akan terus mengembangkan Wisata Watu Bulus Tebing Progo di Padukuhan Siwalan, Kalurahan Sentolo, Kapanewon Sentolo, Kabupaten Kulonprogo, Daerah Istimewa Yogyakarta, berbasis komunitas. Meski demikian, mereka juga akan terus menjalin kerjasama dengan pemerintah, baik di kalurahan, kapanewon, maupun kabupaten. Juga bekerja sama dengan kalangan akademisi perguruan tinggi, para pengusaha khususnya UMKM, dan media.
Di akhir catatan usang, Wawan menuliskan, “Terimakasih ya Tuhan atas limpahan dan perlindunganMu. Berilah kelancaran dan kemudahan buat anak-anak cucuku kelak. Tegurlah mereka, apabila terjadi sesuatu yang membuat perpecahan. Jauhkan anak-anak dan cucu-cucu kami dari segala fitnah dan perseteruan, mudah-mudahan mereka selalu menjaga dan membangun Taman Watu Bulus ini untuk lebih maju dan indah”. (Ono Jogja)
Artikel “Catatan Usang” Taman Wisata Watu Bulus Tebing Progo pertama kali tampil pada Wiradesa.co.