YOGYAKARTA-Forum Komunikasi Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (FKP DAS) DIY didukung Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan DIY dan BPDAS Serayu Opak Progo menggelar seminar bertajuk Kolaborasi dan Sistem Networking dalam Pengelolaan DAS untuk Sumber Daya Air Berkelanjutan.
Seminar berlangsung di Kantor DLHK DIY Selasa 15 Oktober 2024 menampilkan beberapa narasumber dan keynote speaker RM Gusthilantika Marrel SBA MSc selaku dewan pakar FKP DAS DIY.
Gusti Marrel mengatakan, menghadapi berbagai persoalan lingkungan butuh kemauan dan rasa partisipatif. Dan kolaborasi menjadi bagian penting karena persoalan lingkungan tak dapat diselesaikan secara sektoral.
“Saya berharap melalui forum ini bisa terjalin kerja bersama. Langkah apa yang mesti ditempuh ke depan. Banyak ahli, ilmu dan pemikiran tentu tak kurang. Kita tak boleh terlena. Karena masalah lingkungan dampaknya tak bisa langsung terlihat.Dampak baru bisa dirasakan 1-3 tahun ke depan,” kata Gusti Marrel.
Dalam menyelamatkan lingkungan Gusti Marrel mengajak dan mendorong anak muda ikut aktif berpartisipasi. Tidak terbatas saat mengikuti kegiatan kuliah atau KKN. Dalam isu penyelamatan lingkungan anak muda diharapkan agar mau turun dan berpikir kritis terhadap apa yang terjadi di lapangan. Anak muda harus dirangkul karena mereka punya energi dalam publikasi media sosial.
“Anak muda bisa create awareness. Ketika persoalan ini dimunculkan akan makin banyak yang tahu dan peduli. Tentang persoalan lingkungan tentang persoalan kekeringan, perubahan iklim. Tiga-empat hari lalu cuaca sangat panas. Ini bukti bahwa perubahan iklim kita rasakan,” tandasnya.
Dalam seminar yang dimoderatori Ketua FKP DAS DIY Dr Masrur Alatas, narasumber kedua Dekan Sekolah Vokasi UGM Prof Agus Maryono pada kesempatan itu menyampaikan, dalam pengelolaan DAS dapat dimulai dari gerakan dari sungai dikembangkan lagi dalam lingkup DAS. Gerakan sungai bisa dilebarkan.
“Di Code ada 6-7 komunitas sungai. Tinggal dorong sedikit tinggal disupport ke persoalan DAS. Jadi tak perlu bentuk komunitas DAS lagi. Tinggal memperbesar kapasitas mereka,” ungkap Agus yang menambahkan, dalam mengelola DAS peran komunitas perlu disuntik apresiasi dan diberi kesempatan untuk bergerak.
Sedangkan Sri Wahyuningsih dari Komunitas Banyubening mengajak peserta agar tak ragu memanfaatkan air hujan agar ke depan masyarakat tak selalu bergantung pada air tanah. “Selama ini kita hanya tahu tentang air tanah. Padahal masyarakat bisa memanfaatkan air hujan. Yang kami lakukan di komunitas ialah menampung air hujan dihitung sesuai kebutuhan. Menabung air hujan dan dipakai saat kemarau. Lebihnya kembali ke tanah,” jelas Sri. (Sukron)
Artikel Gusti Marrel Ajak Anak Muda Ikut Aktif Selamatkan Lingkungan pertama kali tampil pada Wiradesa.co.